Novel sejarah adalah novel yang menceritakan peristiwa-peristiwa sejarah yang benar-benar terjadi. Dalam penulisannya, novel sejarah menggunakan unsur-unsur kebahasaan tertentu yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih realistis dan meyakinkan kepada pembaca.
Berikut adalah beberapa unsur kebahasaan yang sering digunakan dalam novel sejarah:
Kata kerja lampau
Kata kerja lampau digunakan untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau. Misalnya, "Gajah Mada menyerang Kerajaan Singasari pada tahun 1292."
Konjungsi kronologis
Konjungsi kronologis digunakan untuk mengurutkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau. Misalnya, "Setelah Gajah Mada menyerang Kerajaan Singasari, ia kemudian menyatukan Nusantara."
Kata sifat
Kata sifat digunakan untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana yang terjadi di masa lampau. Misalnya, "Gajah Mada adalah sosok yang gagah berani dan bijaksana."
Frasa adverbial
Frasa adverbial digunakan untuk menjelaskan keterangan waktu, tempat, atau cara dalam peristiwa yang terjadi di masa lampau. Misalnya, "Gajah Mada menyerang Kerajaan Singasari pada malam hari di medan laga yang luas."
Selain unsur-unsur kebahasaan di atas, novel sejarah juga sering menggunakan unsur-unsur kebahasaan lain, seperti:
Kata-kata baku
Novel sejarah menggunakan kata-kata baku untuk memberikan kesan yang lebih formal dan meyakinkan.
Kalimat efektif
Novel sejarah menggunakan kalimat efektif untuk memudahkan pembaca memahami isi cerita.
Gaya bahasa
Novel sejarah dapat menggunakan gaya bahasa tertentu untuk memberikan kesan yang lebih indah dan menarik.
Penggunaan unsur-unsur kebahasaan yang tepat dapat membantu penulis novel sejarah untuk menyampaikan cerita secara lebih realistis dan meyakinkan kepada pembaca.
Penggunaan Unsur Kebahasaan dalam Novel Sejarah
Penggunaan unsur-unsur kebahasaan dalam novel sejarah dapat dilakukan secara eksplisit maupun implisit. Penggunaan unsur-unsur kebahasaan secara eksplisit dapat dilihat secara langsung dalam teks novel, sedangkan penggunaan unsur-unsur kebahasaan secara implisit dapat disimpulkan dari isi cerita.
Penggunaan Kata Kerja Lampau
Penggunaan kata kerja lampau dalam novel sejarah merupakan penggunaan unsur kebahasaan yang paling umum. Kata kerja lampau digunakan untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau. Misalnya, dalam novel "Gajah Mada" karya Pramoedya Ananta Toer, terdapat kalimat berikut:
"Gajah Mada menyerang Kerajaan Singasari pada tahun 1292."
Kalimat tersebut menggunakan kata kerja lampau "menyerang" untuk menggambarkan peristiwa penyerangan Kerajaan Singasari oleh Gajah Mada.
Penggunaan Konjungsi Kronologis
Konjungsi kronologis digunakan untuk mengurutkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau. Konjungsi kronologis yang sering digunakan dalam novel sejarah antara lain:
- "setelah"
- "kemudian"
- "lalu"
- "sebab"
- "akibatnya"
Misalnya, dalam novel "Gajah Mada", terdapat kalimat berikut:
"Setelah Gajah Mada menyerang Kerajaan Singasari, ia kemudian menyatukan Nusantara."
Kalimat tersebut menggunakan konjungsi kronologis "setelah" untuk mengurutkan peristiwa penyerangan Kerajaan Singasari oleh Gajah Mada dengan peristiwa penyatuan Nusantara oleh Gajah Mada.
Penggunaan Kata Sifat
Kata sifat digunakan untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana yang terjadi di masa lampau. Kata sifat yang sering digunakan dalam novel sejarah antara lain:
- "gagah berani"
- "bijaksana"
- "luas"
- "gelap"
- "seram"
Misalnya, dalam novel "Gajah Mada", terdapat kalimat berikut:
"Gajah Mada adalah sosok yang gagah berani dan bijaksana."
Kalimat tersebut menggunakan kata sifat "gagah berani" dan "bijaksana" untuk menggambarkan sosok Gajah Mada.
Penggunaan Frasa Adverbial
Frasa adverbial digunakan untuk menjelaskan keterangan waktu, tempat, atau cara dalam peristiwa yang terjadi di masa lampau. Frasa adverbial yang sering digunakan dalam novel sejarah antara lain:
- "pada malam hari"
- "di medan laga yang luas"
- "dengan penuh semangat"
Misalnya, dalam novel "Gajah Mada", terdapat kalimat berikut:
"Gajah Mada menyerang Kerajaan Singasari pada malam hari di medan laga yang luas."
Kalimat tersebut menggunakan frasa adverbial "pada malam hari" dan "di medan laga yang luas" untuk menjelaskan waktu dan tempat terjadinya peristiwa penyerangan Kerajaan Singasari oleh Gajah Mada.
Penggunaan Kata Baku
Novel sejarah menggunakan kata-kata baku untuk memberikan kesan yang lebih formal dan meyakinkan. Kata-kata baku dapat dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Misalnya, dalam novel "Gajah Mada", terdapat kalimat berikut:
"Gajah Mada adalah seorang mahapatih yang gagah berani dan bijaksana."
Kalimat tersebut menggunakan kata "mahapatih" yang merupakan kata baku untuk jabatan panglima tertinggi dalam pemerintahan Kerajaan Majapahit.
Penggunaan Kalimat Efektif
Novel sejarah menggunakan kalimat efektif untuk memudahkan pembaca memahami isi cerita. Kalimat efektif dapat dilihat dari struktur kalimat yang jelas, penggunaan kata yang tepat, dan penggunaan tanda baca yang benar.
Misalnya, dalam novel "Gajah Mada", terdapat kalimat berikut:
"Pada malam hari, Gajah Mada menyerang Kerajaan Singasari di medan laga yang luas."
Kalimat tersebut menggunakan struktur kalimat yang jelas, yaitu kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat mendahului induk kalimat. Selain itu, kalimat tersebut juga menggunakan kata yang tepat, yaitu "malam hari" dan "medan laga".
Penggunaan Gaya Bahasa
Novel sejarah dapat menggunakan gaya bahasa tertentu untuk memberikan kesan yang lebih indah dan menarik. Gaya bahasa yang sering digunakan dalam novel sejarah antara lain:
- Kiasan
- Metafora
- Personifikasi
- Hiperbola
Misalnya, dalam novel "Gajah Mada", terdapat kalimat berikut:
"Gajah Mada bagaikan singa yang sedang menerkam mangsanya."
Kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa kiasan dengan membandingkan Gajah Mada dengan seekor singa yang sedang menerkam mangsanya.
Kesimpulan
Penggunaan unsur-unsur kebahasaan yang tepat dapat membantu penulis novel sejarah untuk menyampaikan cerita
Komentar
Posting Komentar